Bekerja, Antara Materi dan Ketenangan Hati
Dua hari lalu saya bertemu dengan teman lama. Dari ngobrol ngalor ngidul, ia bercerita jika ada teman yang bekerja di sebuah perusahaan yang bonafit dan cukup memperhatikan kesejahteraan karyawan, keluar dari tempatnya bekerja dan memilih bekerja di tempat lain.
Menurut teman saya itu, mengapa teman yang satu lagi itu mau keluar, padahal gajinya lumayan bagus.
Saya yang mendengar tidak terlalu heran, malah saya mengacungkan jempol pada teman yang baru keluar dan memutuskan bekerja di tempat lain. Karena bagi saya pribadi yang pernah mengalami beberapa kasus seperti itu, bekerja bukanlah karena mengharapkan gaji besar semata. Tapi..yang lebih penting kenyamanan hati..dan pikiran.
Enam tahun lalu saya memutuskan mengundurkan diri dari tempat bekerja, karena saya tidak merasakan kenyamanan bekerja. Malah saya merasa tertekan dan gelisah.
Akhirnya dengan memikirkan secara matang, saya mengundurkan diri dan akhirnya juga tidak lama setelah itu saya diterima bekerja di tempat lain.
Keputusan saya waktu itu banyak ditentang dan dicibir rekan, karena menganggap saya sok-sokan. Mereka menilai saya yang tidak bergelar S1 pasti akan kesulitan mencari kerja baru. Tapi..nyatanya tidak.alhamdulillah saya dapat kerja baru yang tidak memprioritaskan gelar pelamar, tapi adalah KETRAMPILAN dan KEMAMPUAN
Prinsip yang saya anut mungkin sangat sedikit juga yang menganutnya. Apalagi di saat ini di jaman yang susah mencari kerja, sehingga walaupun penuh tekanan dan tidak nyaman di tempat kerja, banyak yang harus mengurut dada, demi mendapatkan gaji setiap bulannya.
Saya melihat sejumlah teman, yang kadang mengeluh tentang perlakuan yang ia diterima di tempat kerja. Bahkan melakukan pekerjaan di luar job order ia sesungguhnya. Namun, karena takut dipecat atau mendapat pengurangan gaji, ia terpaksa menerima semua perlakuan dari perusahaan.
Ketika saya sarankan ia untuk memikirkan memilih kerja di tempat lain, ternyata mereka belum punya nyali untuk keluar. Bahkan ada yang mencoba mencari kerja dulu dan memastikan diterima, baru keluar dari tempat lama.
Saya menghargai pendapat mereka, karena itu adalah hak mereka. Tapi..setiap mendengar keluhan mereka tentang berbagai tekanan dan bahkan kewajiban yang tidak seharusnya menjadi tanggungjawab mereka, saya hanya mengurut dada.
Mereka memang bukan saya, yang tidak melihat pekerjaan demi sebuah imbalan semata.
saya mencintai pekerjaan saya karena kesenangan, ketentaraman jiwa, bukan karena materi.
Bahkan yang sangat ironis, ada teman yang terpaksa menunda menikah, meninggalkan anak istri karena harus mengikuti perintah perusahaan setiap tahun berpindah-pindah kerja.
Mereka yang menganut prinsip seperti saya, kemudian meninggalkan pekerjaan dan memilih dekat dengan keluarga dan mencari kerja yang tidak membuat mereka jauh dari anak istri.
saya masih ingat dengan ucapan bijak seorang teman, hidupku tak akan aku hambakan hanya demi sebuah perusahaan, tapi hidupku lebih akan berarti jika aku hambakan untuk anak dan istri.
Teman yang mengeluarkan ucapan seperti itu saat ini memang bukanlah sebuah karyawan. ia memilih berwiraswata, dekat dengan keluarga tercinta dan menemukan ketenangan jiwa.
Bagi anda yang membaca tulisan ini, silahkan berkomentar apa saja. Karena semua keputusan ada di tangan anda.Apa yang anda pikiran, lakukan tentu hasilnya anda juga yang akan menanggungnya.
Menurut teman saya itu, mengapa teman yang satu lagi itu mau keluar, padahal gajinya lumayan bagus.
Saya yang mendengar tidak terlalu heran, malah saya mengacungkan jempol pada teman yang baru keluar dan memutuskan bekerja di tempat lain. Karena bagi saya pribadi yang pernah mengalami beberapa kasus seperti itu, bekerja bukanlah karena mengharapkan gaji besar semata. Tapi..yang lebih penting kenyamanan hati..dan pikiran.
Enam tahun lalu saya memutuskan mengundurkan diri dari tempat bekerja, karena saya tidak merasakan kenyamanan bekerja. Malah saya merasa tertekan dan gelisah.
Akhirnya dengan memikirkan secara matang, saya mengundurkan diri dan akhirnya juga tidak lama setelah itu saya diterima bekerja di tempat lain.
Keputusan saya waktu itu banyak ditentang dan dicibir rekan, karena menganggap saya sok-sokan. Mereka menilai saya yang tidak bergelar S1 pasti akan kesulitan mencari kerja baru. Tapi..nyatanya tidak.alhamdulillah saya dapat kerja baru yang tidak memprioritaskan gelar pelamar, tapi adalah KETRAMPILAN dan KEMAMPUAN
Prinsip yang saya anut mungkin sangat sedikit juga yang menganutnya. Apalagi di saat ini di jaman yang susah mencari kerja, sehingga walaupun penuh tekanan dan tidak nyaman di tempat kerja, banyak yang harus mengurut dada, demi mendapatkan gaji setiap bulannya.
Saya melihat sejumlah teman, yang kadang mengeluh tentang perlakuan yang ia diterima di tempat kerja. Bahkan melakukan pekerjaan di luar job order ia sesungguhnya. Namun, karena takut dipecat atau mendapat pengurangan gaji, ia terpaksa menerima semua perlakuan dari perusahaan.
Ketika saya sarankan ia untuk memikirkan memilih kerja di tempat lain, ternyata mereka belum punya nyali untuk keluar. Bahkan ada yang mencoba mencari kerja dulu dan memastikan diterima, baru keluar dari tempat lama.
Saya menghargai pendapat mereka, karena itu adalah hak mereka. Tapi..setiap mendengar keluhan mereka tentang berbagai tekanan dan bahkan kewajiban yang tidak seharusnya menjadi tanggungjawab mereka, saya hanya mengurut dada.
Mereka memang bukan saya, yang tidak melihat pekerjaan demi sebuah imbalan semata.
saya mencintai pekerjaan saya karena kesenangan, ketentaraman jiwa, bukan karena materi.
Bahkan yang sangat ironis, ada teman yang terpaksa menunda menikah, meninggalkan anak istri karena harus mengikuti perintah perusahaan setiap tahun berpindah-pindah kerja.
Mereka yang menganut prinsip seperti saya, kemudian meninggalkan pekerjaan dan memilih dekat dengan keluarga dan mencari kerja yang tidak membuat mereka jauh dari anak istri.
saya masih ingat dengan ucapan bijak seorang teman, hidupku tak akan aku hambakan hanya demi sebuah perusahaan, tapi hidupku lebih akan berarti jika aku hambakan untuk anak dan istri.
Teman yang mengeluarkan ucapan seperti itu saat ini memang bukanlah sebuah karyawan. ia memilih berwiraswata, dekat dengan keluarga tercinta dan menemukan ketenangan jiwa.
Bagi anda yang membaca tulisan ini, silahkan berkomentar apa saja. Karena semua keputusan ada di tangan anda.Apa yang anda pikiran, lakukan tentu hasilnya anda juga yang akan menanggungnya.
Posting Komentar untuk "Bekerja, Antara Materi dan Ketenangan Hati"
Terimakasih sudah berkunjung
Silahkan berkomentar .
Mohon maaf komentar dimoderasi