Saat Perempuan Melayu Kembali Menulis
Sekitar satu abad berlalu, riwayat penulis perempuan di tanah Melayu khususnya Kepri seperti tertidur panjang. Padahal pada abad ke 18 dan awal abad ke 19, tercatat banyak pengarang perempuan lahir di tanah Melayu ini. Seperti Aisyah Sulaiman, Raja Safiah, Raja Kalsum dan Khatijah Terung serta Salamah binti Ambar.
Ruziana, salah satu penerus dunia kepenulisan perempuan melayu di Tanjungpinang |
Sedangkan Raja Ali Haji menghasilkan serangkaian karya, seperti Gurindam Dua Belas, Bustan al-Katibin, Kitab Pengetahuan Bahasa, Tsamarat al-Muhimmah, Muqaddimah fi Intizam al-Wazaif al-Muluk, Syair Abdul Muluk, Tuhfat al-Nafis, Silsilah Melayu Bugis, Sinar Gemala Mestika Alam, dan lain-lain.
Darah kepengarangan Raja Ali Haji menurun kepada anak-cucunya. Dalam silsilah keluarga pengarang Raja Ali Haji, ada tiga orang anaknya yang diketahui mengarang sebuah syair, yaitu: Raja Safiah menulis Syair Kumbang Mengindera; Raja Kalsum menulis Syair Saudagar Bodoh; dan Raja Hasan menulis Syair Burung.
Sedangkan dari pihak cucu diketahui bahwa putri Raja Sulaiman yang bernama Aisyah Sulaiman mengarang beberapa karya, seperti Syair Khadamuddin, Syair Seligi Tajam Bertimbal, Syamsul Anwar, dan Hikayat Shariful Akhtar.
Suryatati A.Manan, seorang walikota yang juga penulis |
Karya-karya itu tidak hanya lahir dari tangan dingin kaum kerajaan, tapi juga dari perempuan biasa bernama Khatijah Terung. Melalui karyanya berjudul Kumpulan Gunawan, Khatijah menceritakan tentang hubungan seksual suami isteri, serta Salamah binti Ambar yang menulis dua buku dengan judul Nilam Permata dan Syair Nasihat untuk Penjagaan Anggota Tubuh.
Karya-karya besar dalam bentuk manuskrip kuno itu kini tersimpan Yayasan Indera Sakti Pulau Penyengat, sebuah yayasan yang dikelola oleh zuriat Raja Ali Haji.
Melihat karya-karya yang dihasilkan perempuan Melayu di abad ke 18 itu, bisa dikatakan tingkat intelektual perempuan pada masa itu tidak bisa dipandang sebelah mata.Pemikiran mereka yang tertuang dalam bentuk tulisan membuktikan kehebatan mereka.
Baru pada abad ke 20 ini, perempuan Melayu kembali menuliskan isi pikiran mereka dalam bentuk buku. Menurut Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Drs Abdul Kadir Ibrahim,MT, generasi itu dimulai oleh Suryatati A Manan, yang juga wali kota Tanjungpinang. Ia beralasan, karya-karya Suryatati sudah dibaca dan dibahas banyak orang hingga tingkat nasional. Seperti pada 27 Mei lalu, buku "Perempuan Walikota" dibedah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.(baca insert : Penulis Perempuan Melayu ke Pentas Nasional)
Meskipun sejumlah penulis perempuan lainnya pun telah menghasilkan karya dalam bentuk buku, seperti Raja Suzana Fitri, Dra Zakbah dan di generasi muda ada nama Nadya Aisyah Gustirani, Endang Purnama Sari dan Unizara atau Ruziana (baca insert :Generasi Penulis Perempuan Melayu)*** bersambung ke artikel :
http://www.unizara.com/2014/04/mengenal-perempuan-penulis-melayu-pada.html
http://www.unizara.com/2014/04/mengenal-perempuan-penulis-melayu-pada.html
NB : tulisan ini dimuat di majalah tras
Referensi diambil dari sejumlah sumber
Posting Komentar untuk "Saat Perempuan Melayu Kembali Menulis"
Terimakasih sudah berkunjung
Silahkan berkomentar .
Mohon maaf komentar dimoderasi