A Place to Remember :Pulau Tambelan Nan Menawan Hatiku
Pulau Tambelan dilihat dari laut.Pic dari sini |
Pulau Tambelan yang hanya berupa titik di tengah laut cina selatan.Pic dari sini |
Saya ke Pulau Tambelan untuk pertama kalinya pada tahun 2003. Waktu itu saya masih bekerja sebagai wartawati media lokal di Tanjungpinang. Kunjungan saya ke sana dalam rangka meliput kegiatan Bupati Bintan dan rombongan serta sekaligus untuk menjawab rasa penasaran saya tentang pulau tersebut.
Selama ini saya hanya mendengar nama Pulau Tambelan dan keindahannya dari cerita orang-orang yang pernah kesana. Seorang teman yang pernah ikut kunjungan kerja bupati sebelumnya menceritakan ia sangat terkesan dengan kejernihan laut Tambelan dengan ikan dan terumbu karang yang indah.
Akhirnya ketika ada kunjungan kerja bupati lagi tahun 2003 ke kecamatan itu, saya langsung mendaftarkan diri untuk ikut. Waktu itu sempat bergidik membayangkan perjalanan naik kapal laut selama lebih kurang 12 jam di lautan lepas. Tapi, rasa penasaran untuk melihat pulau terluar Kepri itu menghilangkan rasa takut.
Perjalanan ke Tambelan yang dimulai dari Pelabuhan Sri Bayintan, Kijang, lumayan mengasyikan, karena saya dan teman-teman mengisi waktu dengan aneka permainan, bercerita dan menyanyi plus mengemil aneka camilan yang sengaja kami stok. Saya yang semula membayangkan akan mabuk laut selama perjalanan ternyata tidak. Maklum perjalanan sengaja dimulai sore hari sehingga sampai pada pagi harinya di Pelabuhan Tambelan.
Kapal Negara Jadayat milik Distrik Navigasi, Kijang yang mengangkut rombongan juga sangat nyaman. Apalagi selama perjalanan juga ada hiburan musik orgen tunggal dan makanan yang berlimpah yang dibawa rombongan bupati.
Mengingat malam hari, tidak ada pemandangan selain lampu-lampu kapal yang berpapasan dan bintang di langit yang bisa kami lihat. Sementara cahaya dari pemukiman di pulau-pulau lainnya tidak ada karena kapal berlayar di tengah Laut Cina Selatan yang memang didominasi pulau-pulau tak berpenghuni.
Pagi hari sesuai jadwal yang sengaja dirancang pihak protokol Pemkab Bintan, KN Jadayat merapat di Pelabuhan Tambelan. Saya bersama teman, Dyah yang sudah penasaran dengan keindahan Tambelan bergegas keluar melihat pulau tersebut dari laut.
Bersama Dyah di atas perahu menuju daratan bersama para pelajar yang ramah :) |
Pulau-pulau kecil disekitarnya berjejer sepanjang teluk, sehingga perairan di pulau itu tenang karena terhindar dari hempasan ombak. Hal itu juga tidak lepas dari gugusan karang yang banyak terdapat di sana. Pepohonan yang rimbun dan hijau di perbukitan makin menyegarkan mata yang masih mengantuk. Di kejauhan tampak sebuah bukit yang lebih tinggi dari yang lainnya dan tampak menjulang dan ternyata itu adalah Gunung Kute.
Rumah-rumah penduduk yang berada di pinggir pantai dan tersebar dari ujung ke ujung pulau tampak tertata rapi. Namun tentu yang tetap menjadi perhatian utama saya adalah lautnya yang biru jernih dan pohon bakau yang tumbuh subur. Dari atas kapal saya bisa melihat ikan-ikan yang berenang di laut. Rasanya ingin mencebur ke laut dan berenang berkejaran dengan ikan-ikan itu. Tapi apa daya saya tidak bisa berenang.
Pulau Tambelan dilihat dari atas. Pic dari sini |
Menyusuri pelantar |
Ketika giliran saya dan teman-teman turun kapal, kesan pertama melihat masyarakatnya yang menyambut kami adalah ramah. Senyum mereka khususnya para pelajar sangat jujur terpancar dari hati. Senyum gembira menyambut kami khususnya rombongan Bupati Bintan, yang biasanya membawa banyak bantuan untuk berbagai kegiatan di kecamatan itu.
Satu lagi yang sangat menarik bagi saya adalah dialek mereka yang sangat halus. Bahasa Tambelan adalah bahasa Melayu, namun dialek Tambelan seperti dialek Sunda, mendayu dan lembut dan berirama.
Dari pelabuhan kami menaiki perahu untuk menuju pusat kecamatan, yaitu Desa Kampung Kukup. Sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan darat, tapi karena tidak ada mobil kecuali hanya mobil ambulance satu-satunya dan kendaraan roda dua, rombongan banyak memilih menaiki perahu yang sengaja disediakan oleh masyarakat di sana.
Di atas perahu yang saya naiki bersama sejumlah pelajar, saya memainkan air laut yang jernih dan melihat ikan-ikan dan terumbu karang. Perasaan gerah belum mandi pagi makin membuat saya ingin mencebur, tapi ya lagi-lagi cuma niat karena memang tidak bisa berenang hiks.
Jalan pagi bersama Dyah di jalan satu-satunya di Tambelan |
Di rumah penduduk yang maaf saya lupa namanya itu kami dijamu makan pagi. Selain nasi dan lauk khas terdiri dari ikan, yang membuat saya bersemangat makan adalah ketupat dan Kari Ikan Tongkol Tambelan yang sangat lezat. Kuah karinya sangat kental dan rasanya mirip Sate Padang. Cuma bedanya kuah sate padang ditambah tepung beras, sementara Kari Ikan Tambelan tidak dan kekentalan lebih disebabkan bumbu halus rempah yang banyak.
Ada lagi Bingke Tambelan yang dimakan dengan pisang goreng. Namun karena saya tidak suka manis yang berlebihan, saya hanya menyantap pisangnya saja. Sebuah sambutan yang sangat berkesan bagi saya.
Siang harinya acara resmi kegiatan kunjungan kerja Bupati Bintan dimulai berupa pertemuan dengan pihak kecamatan, tokoh masyarakat, unsur muspika, pemuda, pelajar dan masyarakat. Ada arahan dan dialog antara bupati dan masyarakat di sana serta dilanjutkan dengan penyerahan berbagai bantuan.
Usai acara kami pun menyantap aneka masakan Melayu khas Tambelan. Tetap Kari Ikan Tongkol mendominasi diantara hidangan lainnya. Kenyang menyantap hidangan, kami pun bubar kembali ke tempat menginap masing-masing.
Banyak rombongan yang memilih naik kendaraan roda dua warga yang memang disediakan untuk membawa tamu. Tapi saya dan teman memilih berjalan kaki menyusuri jalan satu-satunya di pulau itu. Ya, Tambelan hanya punya satu jalan dari ujung ke ujung. Tidak ada mobil kecuali mobil ambulans, sementara kendaraan roda dua lumayan banyak dan menjadi transportasi sehari-hari antar kampung di sana selain juga menggunakan perahu lewat jalur laut.
Rumah penduduk di sana pada umumnya terbuat dari kayu dan berbentuk panggung meskipun ada yang permanen.Lingkungannya juga bersih dan asri dengan pepohonan dan bunga yang tumbuh subur. Rumah-rumah itu sebahagian besar berdiri menjorok ke laut dan berada di atas laut. Masyarakatnya memang terbukti ramah, karena selalu ada yang menawari kami untuk menaiki motor. Tapi karena ingin melihat kehidupan di sana, kami menolak. Belum lagi tawaran untuk singgah ke rumah mereka untuk makan.
Hmm...Pulau Tambelan tidak hanya menawan hati saya dengan keindahan alamnya, ketenangannya namun juga keramahan penduduknya.
Sore harinya ada kegiatan pertandingan persahabatan takraw antara rombongan bupati dengan pemuda di sana. Namun saya hanya menyaksikan sebentar dan memilih beristirahat karena kelelahan.
Esok paginya ada acara senam bersama di halaman kantor kecamatan. Usai senam bupati melakukan peninjauan ke SMA Tambelan yang baru berdiri. Sekolah itu terletak di sebuah bukit dengan pemandangan yang indah. Bayangkan saja di bahagian depan sekolah adalah lautan yang tenang dan bukit-bukit yang hijau. Begitu juga di belakang sekolah ada bukit dan pohon-pohon yang rindang.
Berfoto di teras SMA Tambelan yang tenang dengan latar pantai dan bukit yang indah |
Sore harinya ada kegiatan gotong royong dan malam harinya peringatan Maulid Nabi di Mesjid Raya Tambelan. Usai kegiatan di mesjid rombongan langsung menuju KN.Jadayat di pelabuhan dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Tanjungpinang.
Pulau Tambelan telah menawan hati saya. Keindahannya, ketenangannya dan keramahan penduduknya tidak akan saya lupakan. Ternyata sebuah keajaiban diberikan Tuhan pada saya. Satu tahun setelah itu saya mendapatkan jodoh dan ternyata berasal dari Pulau Tambelan yang ternyata juga bekerja di Distrik Navigasi. Keluarga suami saya memang berasal dari Tambelan, mereka lahir dan besar di sana, namun sejak 20 tahun terakhir menetap di Kota Tanjungpinang.
Saya jadi tersenyum sendiri saat mengingat kenangan berada di geladak kapal yang membayangkan jika saya mendapatkan jodoh orang sana, ternyata menjadi kenyataan, meski saya tidak menetap di Tambelan. Namun Tambelan memang tetap menawan hatiku selamanya :)
Tulisan ini diikutsertakan dalam GA A Place to Remember Giveaway
NB :Maaf ya...itu foto jadul saat lajang dan waktu itu saya belum berhijab
Saya doter jonny sianipar pernah bekeja 3 tahun di puskesmas tambelan
BalasHapusSalam kenal
Ibu asli dari tambelan
Saya doter jonny sianipar pernah bekeja 3 tahun di puskesmas tambelan
BalasHapusSalam kenal
Ibu asli dari tambelan
terimkakasih sudah berkunjung pak ke sini...saya tidak asli tambelan,.suami sy yang org di sana. sepertinya menarik klu pengalaman bapak ditulis juga
Hapusterimkakasih sudah berkunjung pak ke sini...saya tidak asli tambelan,.suami sy yang org di sana. sepertinya menarik klu pengalaman bapak ditulis juga
HapusMakasih apak dan ibok lah sudi becerite baik untok kampung kami..
BalasHapusTambelan BERTUAH
sama-sama....semoga tambelan makin maju
HapusAssalamualaikum, mudah2an tambelan senantiasa menjadi pulau yg selalu indah
BalasHapusAssalamualaikum, mudah2an tambelan senantiasa menjadi pulau yg selalu indah
BalasHapuspengen nak kesana moga2 tercapai
BalasHapusBpk ibuk skrng Tambelan dah mantap
BalasHapusBpk ibuk skrng Tambelan dah mantap
BalasHapus