Rencana Wisata Tsunami ke Daerah Istimewa di Ujung Barat Indonesia
Tapi, ternyata masih banyak yang belum saya ketahui tentang Banda Aceh dan alangkah senangnya bisa berkunjung untuk melihat langsung keindahan kota itu khususnya mengunjungi berbagai objek wisata tentang tsunami dan menikmati kuliner di sana khususnya Mie Aceh buatan asli orang sana.
Berikut rencana Wisata Tsunami saya jika mengunjungi salah satu kota Islam tertua di Asia Tenggara tersebut :
Wisata Tsunami memang pilihan saya yang utama ke Kota Banda Aceh. Karena gempa dahsyat 8,9 SR dan tsunami yang membuat Banda Aceh nyaris porak poranda pada tahun 2004 itu telah membuat Kota Serambi Mekkah terkenal ke seluruh dunia. Apalagi sejumlah kenangan dan peninggalan tsunami itu masih bisa dilihat dan menjadi tempat wisata sekarang ini. Saya sangat penasaran melihatnya dari dekat, karena membaca dari berbagai artikel dan melihat di televisi saja rasanya belum puas.
Wisata Tsunami memang pilihan saya yang utama ke Kota Banda Aceh. Karena gempa dahsyat 8,9 SR dan tsunami yang membuat Banda Aceh nyaris porak poranda pada tahun 2004 itu telah membuat Kota Serambi Mekkah terkenal ke seluruh dunia. Apalagi sejumlah kenangan dan peninggalan tsunami itu masih bisa dilihat dan menjadi tempat wisata sekarang ini. Saya sangat penasaran melihatnya dari dekat, karena membaca dari berbagai artikel dan melihat di televisi saja rasanya belum puas.
Yang pertama dan wajib saya kunjungi adalah Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di pusat Kota Banda Aceh. Masjid ini konon merupakan masjid paling ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun nusantara karena merupakan simbol utama Kota Banda Aceh.
Melihat dari foto-foto saja saya sudah mengagumi keindahan masjid yang ternyata memang terindah di Asia Tenggara, apalagi melihat langsung dari dekat dan sholat di sana. Mengapa masjid ini masuk ke dalam kategori wisata tsunami saya ? karena pada saat tsunami melanda Banda Aceh, masjid ini menjadi tempat berlindung ribuan warga untuk menyelamatkan diri dari air laut yang naik ke daratan akibat tsunami.
Meskipun termasuk salah satu bangunan yang selamat saat bencana tsunami, tapi masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) itu, tetap mengalami kerusakan di sejumlah bagian. Masjid ini pun direnovasi atas bantuan dari dunia internasional seperti Saudi Charity Campaign dan selesai renovasi pada 15 Januari 2008.
Lokasi wisata tsunami berikutnya adalah Museum Tsunami. Gedung yang diberi nama Rumoh Aceh as Escape Hill itu ternyata dirancang oleh Walikota Bandung sekarang, Ridwan Kamil, yang saat itu masih menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Masjid Baiturrahman, Banda Aceh. Foto diambil dari sini |
Meskipun termasuk salah satu bangunan yang selamat saat bencana tsunami, tapi masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) itu, tetap mengalami kerusakan di sejumlah bagian. Masjid ini pun direnovasi atas bantuan dari dunia internasional seperti Saudi Charity Campaign dan selesai renovasi pada 15 Januari 2008.
Lokasi wisata tsunami berikutnya adalah Museum Tsunami. Gedung yang diberi nama Rumoh Aceh as Escape Hill itu ternyata dirancang oleh Walikota Bandung sekarang, Ridwan Kamil, yang saat itu masih menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Museum Tsunami Aceh.Foto diambil dari sini |
Penasaran sekali melihat gedung empat dimensi itu, masuk ke dalam dan menjelajahinya serta menikmati suasana mencekam yang konon terasa dari efek bangunan yang sengaja dibuat menggambarkan kedahsyatan tsunami tersebut.
Pasti rasa penasaran saya terhadap kedahsyatan bencana gempa dan tsunami itu bisa terbayar di museum yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 Februari 2008 tersebut. Karena di dalam museum itu terdapat video, foto serta alat peraga tsunami.
Untuk ke lokasi museum ini sepertinya juga sangat mudah, karena berada tepat di tengah-tengah kota Banda Aceh, tepatnya di Jl. Iskandar Muda Banda Aceh atau tepatnya di Lapangan Blang Padang.
Karena masih berada satu lokasi, jadi lokasi wisata tsunami lainnya yang akan saya kunjungi adalah Monumen Aceh Thanks to the World. Membaca nama monumennya saja saya sudah merinding dan terharu. Saya melihat betapa rasa terimakasih yang sangat luar biasa masyarakat Aceh khususnya pada dunia karena perhatian yang sangat besar pada saat dan paska bencana tsunami pada 2004 itu.
Dari sejumlah informasi yang saya baca, Monumen Aceh Thanks to the World merupakan simbol syukur masyarakat Aceh kepada relawan, LSM, lembaga-lembaga negara, perusahaan, sipil, militer, baik nasional maupun internasional yang telah membantu Aceh pasca-tsunami.
Sepertinya akan lebih asyik jika memilih penginapan di sekitar Blang Padang. Karena pada pagi atau sore hari saya akan bisa jogging dan jalan santai di sepanjang jogging track yang mengelilingi lapangan Blang Padang sepanjang 1 Km. Tentunya sambil melihat 53 “Plakat Thank You and Peace”.
Plakat yang berbentuk kapal hampir tenggelam itu merupakan bentuk terima kasih masyarakat Aceh kepada 53 negara dan masyarakat dunia yang telah membantu Aceh pasca tsunami.
Karena masih berada di sekitar Blang Padang, sebaiknya saya juga mengunjungi sejumlah objek wisata lainnya meskipun tidak termasuk wisata tsunami atau tidak berkaitan dengan tsunami. Intinya saya mau memaksimalkan waktu yang ada saat berada di sekitar Blang Padang untuk melihat objek wisata menarik lainnya di Banda Aceh.
Kerkhoff atau kuburan serdadu Belanda yang gugur dalam peperangan melawan rakyat Aceh, pantas juga saya kunjungi. Karena berada di samping Blang Padang. Makam tersebut merupakan salah satu bukti nyata kepahlawan rakyat Aceh dalam mempertahankan daerahnya dari penjajahan Belanda, sejak Belanda mencoba menginjakkan kakinya dalam penyerangan pertama pada bulan Maret 1873.
Kherkoff berdasarkan sejumlah artikel yang saya baca dibangun pada tahun 1880 dan di dalamnya terdapat lebih kurang 2200 kuburan serdadu Belanda, mulai dari prajurit sampai Jenderal.
Masih di sekitar Blang Padang, saya juga harus mengunjungi salah satu peninggalan kerajaan kesultanan Iskandar Muda yaitu Gunongan. Yaitu sebuah tempat rekreasi anggota keluarga kerajaan pada masa itu.
Oh ya, melihat dari dekat replika pesawat RI 001 Seulawah yang juga berada di Blang Padang harus saya lakukan. Karena Monumen Seulawah adalah monumen yang sangat penting untuk mengenang jasa masyarakat Aceh untuk melawan agresi Belanda pada tahun 1948. Saat itu bangsa Indonesia membutuhkan pesawat guna menembus blokade musuh.
Berdasarkan info yang saya baca dari sejumlah sumber, Pesawat Seulawah adalah hasil sumbangan masyarakat Aceh atas permintaan Presiden Soekarno, karena saat itu negara Indonesia belum mampu untuk membeli pesawat akibat keuangan negara yang tidak memungkinkan. Dari Pesawat Seulawah jugalah cikal bakal hadirnya Garuda Indonesia yang merupakan perusahaan penerbangan terkemuka di Indonesia.
Penat menyusuri Blang Padang dengan berbagai objek wisata tadi, tentu saya capek ya, haus dan lapar. Mungkin ada baiknya menyusuri Pasar Aceh Pusat. Menikmati minuman Sanger atau kopi aceh semacam capucino tentu bisa menghilangkan dahaga, apalagi ditambah es. Menikmati Rujak Aceh Samalanga yang konon punya cita rasa khas manis, pedas dan asam tentu juga menyegarkan.
Oh ya, menikmati Mie Aceh asli di tanah rencong yang sejak lama saya idam-idamkan adalah sebuah keharusan kalau berkunjung ke Banda Aceh. Saya ingin menikmati sensasi makan mie yang kaya rasa dan rempah itu.
Baiklah, kita lanjutkan wisata tsunami selanjutnya ke PLTD Apung yang bisa dicapai dengan becak motor. Mengunjungi Pembakit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung milik PT PLN itu, tentu akan menuntaskan rasa penasaran saya tentang kapal seberat 2.600 ton tersebut.
Karena masih berada satu lokasi, jadi lokasi wisata tsunami lainnya yang akan saya kunjungi adalah Monumen Aceh Thanks to the World. Membaca nama monumennya saja saya sudah merinding dan terharu. Saya melihat betapa rasa terimakasih yang sangat luar biasa masyarakat Aceh khususnya pada dunia karena perhatian yang sangat besar pada saat dan paska bencana tsunami pada 2004 itu.
Dari sejumlah informasi yang saya baca, Monumen Aceh Thanks to the World merupakan simbol syukur masyarakat Aceh kepada relawan, LSM, lembaga-lembaga negara, perusahaan, sipil, militer, baik nasional maupun internasional yang telah membantu Aceh pasca-tsunami.
Monumen Aceh Thanks to The World .Foto diambil dari sini |
Sepertinya akan lebih asyik jika memilih penginapan di sekitar Blang Padang. Karena pada pagi atau sore hari saya akan bisa jogging dan jalan santai di sepanjang jogging track yang mengelilingi lapangan Blang Padang sepanjang 1 Km. Tentunya sambil melihat 53 “Plakat Thank You and Peace”.
Plakat yang berbentuk kapal hampir tenggelam itu merupakan bentuk terima kasih masyarakat Aceh kepada 53 negara dan masyarakat dunia yang telah membantu Aceh pasca tsunami.
Karena masih berada di sekitar Blang Padang, sebaiknya saya juga mengunjungi sejumlah objek wisata lainnya meskipun tidak termasuk wisata tsunami atau tidak berkaitan dengan tsunami. Intinya saya mau memaksimalkan waktu yang ada saat berada di sekitar Blang Padang untuk melihat objek wisata menarik lainnya di Banda Aceh.
Kerkhoff atau kuburan serdadu Belanda yang gugur dalam peperangan melawan rakyat Aceh, pantas juga saya kunjungi. Karena berada di samping Blang Padang. Makam tersebut merupakan salah satu bukti nyata kepahlawan rakyat Aceh dalam mempertahankan daerahnya dari penjajahan Belanda, sejak Belanda mencoba menginjakkan kakinya dalam penyerangan pertama pada bulan Maret 1873.
Kherkoff berdasarkan sejumlah artikel yang saya baca dibangun pada tahun 1880 dan di dalamnya terdapat lebih kurang 2200 kuburan serdadu Belanda, mulai dari prajurit sampai Jenderal.
Masih di sekitar Blang Padang, saya juga harus mengunjungi salah satu peninggalan kerajaan kesultanan Iskandar Muda yaitu Gunongan. Yaitu sebuah tempat rekreasi anggota keluarga kerajaan pada masa itu.
Oh ya, melihat dari dekat replika pesawat RI 001 Seulawah yang juga berada di Blang Padang harus saya lakukan. Karena Monumen Seulawah adalah monumen yang sangat penting untuk mengenang jasa masyarakat Aceh untuk melawan agresi Belanda pada tahun 1948. Saat itu bangsa Indonesia membutuhkan pesawat guna menembus blokade musuh.
Berdasarkan info yang saya baca dari sejumlah sumber, Pesawat Seulawah adalah hasil sumbangan masyarakat Aceh atas permintaan Presiden Soekarno, karena saat itu negara Indonesia belum mampu untuk membeli pesawat akibat keuangan negara yang tidak memungkinkan. Dari Pesawat Seulawah jugalah cikal bakal hadirnya Garuda Indonesia yang merupakan perusahaan penerbangan terkemuka di Indonesia.
Penat menyusuri Blang Padang dengan berbagai objek wisata tadi, tentu saya capek ya, haus dan lapar. Mungkin ada baiknya menyusuri Pasar Aceh Pusat. Menikmati minuman Sanger atau kopi aceh semacam capucino tentu bisa menghilangkan dahaga, apalagi ditambah es. Menikmati Rujak Aceh Samalanga yang konon punya cita rasa khas manis, pedas dan asam tentu juga menyegarkan.
Oh ya, menikmati Mie Aceh asli di tanah rencong yang sejak lama saya idam-idamkan adalah sebuah keharusan kalau berkunjung ke Banda Aceh. Saya ingin menikmati sensasi makan mie yang kaya rasa dan rempah itu.
Baiklah, kita lanjutkan wisata tsunami selanjutnya ke PLTD Apung yang bisa dicapai dengan becak motor. Mengunjungi Pembakit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung milik PT PLN itu, tentu akan menuntaskan rasa penasaran saya tentang kapal seberat 2.600 ton tersebut.
PLTD Apung. Foto diambil dari sini |
Karena kapal dengan panjang 63 meter dan luas 1.900 meter persegi itu bisa berpindah akibat dahsyatnya terjangan gelombang tsunami. Bayangkan saja, kapal yang sandar di Pantai Ulee Lheue itu terseret sejauh 5 Km dan terdapat di Gampong Punge Blang Cut Kota Banda Aceh. Subhanallah....sebuah kekuatan maha dahsyat yang tidak bisa dilawan oleh apapun.
Saya pribadi mengapresiasi keputusan pihak PT PLN yang tetap membiarkan PLTD Apung berada di tempatnya sekarang, karena bisa menjadi saksi dan monumen yang sangat penting bagi Banda Aceh dan warganya serta masyarakat di Indonesia umumnya. Sebab bisa menyadarkan manusia jika kita tidak bisa melawan kekuatan alam jika Tuhan sudah berkehendak, sehingga manusia tidak boleh sombong dengan apa yang dimilikinya sekarang.
Oh ya, taman edukasi yang berada di sekitar monumen PLTD Apung tidak boleh dilewatkan. Karena di sana ada catatan-catatan informasi tsunami berserta foto-foto waktu bencana itu terjadi. Rasa haru sudah bisa saya bayangkan ketika berada di sana nanti. Apalagi tidak jauh dari PLTD Apung juga ada prasasti setinggi 2,5 meter berbentuk jam bundar yang menunjukan pukul 07.55 WIB, tepat saat gelombang tsunami menerjang.
Tempat wisata tsunami selanjutnya yang harus saya kunjungi adalah Kapal Apung Lampulo. Kapal Apung Lampulo adalah kapal nelayan yang terseret ombat tsunami hingga 3 Km dari docking kapal Lampulo dan mendarat di sebuah rumah penduduk di Gampong Lampulo, Banda Aceh.
Kapal Apung Lampulo. Foto diambil dari sini |
Tempat wisata tsunami lainnya yang sayang jika tidak saya kunjungi adalah Kuburan Massal. Kuburan massal merupakan tempat menguburkan ribuan korban tsunami. Ada sejumlah lokasi kuburan massal namun yang paling banyak terdapat korban dimakamkan adalah di Ulee Lheue dan Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.
Di kuburan massal ini nanti saya akan menyempatkan berdoa untuk arwah ribuan korban dan juga mengingatkan saya akan kematian yang bisa datang kapan saja dan oleh sebab apa saja, salah satunya adalah bencana seperti tsunami.
Semoga niat saya berkunjung ke Banda Aceh dan melakukan wisata tsunami khususnya terlaksana, begitu juga menikmati beragam kuliner yang lezat bisa tercapai. Semoga saja nanti saya juga bisa mengunjungi objek wisata lainnya yang sangat menarik.**
Artikel ini dalam rangka Banda Aceh Blog Competition 2014
Referensi :
Buku Informasi Wisata Nusantara terbitan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia serta sejumlah sumber lainnya.
Posting Komentar untuk "Rencana Wisata Tsunami ke Daerah Istimewa di Ujung Barat Indonesia"
Terimakasih sudah berkunjung
Silahkan berkomentar .
Mohon maaf komentar dimoderasi